Episode 1 Laskar Byt
Pada suatu masa, di salah satu sudut bumi yang
terpencil. Hiduplah seorang remaja laki-laki yang memiliki impian yang besar.
Ini kisah tentang lika-liku kehidupan seorang remaja dalam mengejar impiannya.
Bukaaaaan, pengenalan awal ceritanya salah, ini bukan cerita tentang legenda
atau dongeng masa lalu. Ini adalah cerita tentang aku dan kehidupan
sehari-hariku dalam menjalani masa perkuliahan.
Perkenalkan namaku Sebastian Bagong,
pasti kalian bertanya-tanya tentang namaku. Namaku ini adalah nama campuran antara
kebudayaan barat dan kebudayaan Jawa. Sesuai dengan namaku, aku bukan darah
campuran atau bahasa kerennya blasteran. Aku
ini asli 100% orang Jawa asli, kalau kalian bertanya kenapa aku diberi nama
seperti ini? Tentu saja aku tidak tahu jawabannya. Seperti pepatah lama yang
mengakatan “apalah arti sebuah nama?”. Nah, pepatah aja gak bisa jawab apalagi
aku. Sudahlah jangan meributkan namaku, kita kembali ke topik utama!
Namaku Sebastian Bagong, umurku yah
kira-kira seumuran dengan kalian dan tempat lahirku tentunya di rumah sakit
bersalin (sebenarnya malu mau nulis lahir di tempat dukun anak). Bulan ini aku
resmi menjadi seorang mahasiswa di salah satu universitas tinggi di Jawa Timur
lebih tepatnya di kota Jember.
“Wow aku seorang mahasiswa
sekarang”, teriak ku di dalam pikiran. Pasti kalian berpikiran “masak pikiran
bisa teriak? Bukannya yang teriak itu mulut?”. Peduli amat, ini kan ceritaku ya
terserah aku dong. Kalian gak usah protes dan tinggal baca aja, oke?
Jelas sekali aku sangat senang
menjadi seorang mahasiswa, kenapa? Karena sesuai dengan namanya “MAHASISWA”.
Kalau sebuah kata ada tambahan maha- nya di depan, itu kelihatan keren. Contoh
aja mahaguru, mahadewa dan mahatari (kayaknya kata terakhir salah, moga aja
pembaca gak ada yang sadar). Mahasiswa itu terdiri dari dua suku kata yaitu
“maha” dan “siswa”, jadi kalau dua kata tersebut digabung menjadi satu kata
yaitu mahasiswa. Aku juga pernah baca kalau mahasiswa itu adalah agent of change dan agent of social control dari suatu bangsa dan kalian gak perlu
bertanya kepadaku apa arti dari kedua kata tersebut, karena sudah jelas aku
nggak tahu. Gak perlu panjang lebar lagi bahas tentang mahasiswa, jadi intinya
kalau menjadi mahasiswa itu adalah hal yang keren (tentu saja dalam sudut
pandang anak SMA).
Singkat cerita, aku sudah ada di
kota tempat universitasku berada. Kenapa aku harus menyingkat ceritaku sendiri?
Daripada aku banyak membahas hal-hal yang nggak penting dan membuang banyak
halaman hanya untuk diisi dengan kata-kata yang nggak jelas, lebih baik aku
menyingkat cerita untuk menghemat daya pikir otakku yang berharga.
Kali ini aku benar-benar kebingungan, karena ini
pertama kalinya aku pergi ke kota yang bernama Jember. Aku nggak tahu tahu
harus pergi kemana selain ke masjid (padahal aku ke masjid untuk menemui salah
satu saudaraku yang ada disini). Bersama dengan kedua temanku aku menyusuri
jalan-jalan yang ada di kota jember, dengan tujuan untuk mencari masjid tempat
aku janjian dengan saudaraku. Setelah lelah berkeliling dan menyakan jalan ke
hampir seluruh orang yang aku temui, akhirnya aku sampai di tempat
tujuan.Ternyata masjid yang di maksud oleh saudaraku itu masjid dekat
universitasku. Kalau begitu ngapain aku daritadi keliling-keliling, bahkan
dalam waktu satu hari aku sudah sampai mengetahui 7 lokasi masjid yang berbeda
di kota Jember.
Sesampainya disana aku langsung merebahkan diri
lantai masjid (adegan ini jangan ditiru, masjid bukan tempat untk tiduran). Aku
langsung disuruh pindah oleh saudaraku ke kamar para takmir berada, agar tidak
menggangu sholat yang dilakukan orang lain. Kalau kalian bertanya kenapa aku
kok disuruh pindah ke kamar takmir? Karena saudaraku itu adalah takmir dari
masjid ini. Kalau kalian bertanya apa itu takmir? Ah, sudahlah lupakan tentang
semua pertanyaan yang nggak penting ini. Aku anggap kalian pokoknya tahu dan
aku gak perlu ngejelasin, deal?
Esok harinya aku pergi sendirian ke fakultas tempat
aku akan menuntut ilmu (cerita di masjid aku lompati,jadi nggak usah protes). Tentu
saja aku tersesat, karena hari aku pergi sendirian. Kedua temanku berbeda
jurusan denganku, jadi kami berpencar untuk mencari fakultas kami
masing-masing. Sedangkan saudaraku masih banyak urusan di masjid, maklumlah dia
itu ketua takmir masjid kampus. Aku benar-benar tidak tahu dimana gedung
fakultas ilmu komputer itu, aku benar-benar kebingungan hari ini.
Aku beristirahat sejenak di dekat lapangan sambil
menikmati dinginnya minuman dingin yang aku beli.
“Hei Bagong” tiba-tiba ada suara yang memanggil ku dari
kejauhan.
Suara itu berasal dari seseorang yang kelihatannya
sebaya denganku tapi dia lebih tinggi dan dia semakin mendekat kearahku. Tentu
saja aku tidak tahu siapa dia, apakah dia seorang homo yang sok akrab denganku?
Atau? Tapi kayaknya aku pernah melihat wajah orang itu sebelumnya, tapi aku
lupa dimana tepatnya.
“Hei, kamu kuliah disini juga?” owh, ternyata dia
adalah Slamet. Dia adalah temannya temanku, jadi pantas kalau aku agak lupa
tentang dia.
“Iya, aku kuliah disini. Kamu ngambil jurusan apa?”
aku balik bertanya pada Slamet.
“Aku ngambil jurusan ilmu komputer” jawab Slamet
sambil tersenyum
“Wah sama dong, aku juga ngambil jurusan ilmu
komputer” jawabku dengan nada senang.
Percakapan kami berlanjut begitu seru dan
menyenangkan, tanpa terasa waktu cepat berlalu. Dari percakapan yang aku
lakukan dengan Slamet aku mengetahui suatu fakta yang membuatku sangat marah
dan kesal. Gedung fakultas yang selama ini aku cari-cari ternyata berada tepat
dibelakang tempat aku beristirahat dan yang membuat aku lebih kesal lagi,
kenapa sih Slamet muncul pada saat aku mau menemukan gedung fakultas ilmu
komputer dengan usahaku sendiri.
“Aaaaaaah, sialan kau Slamet”. Umpatku dalam
hati, kalian pasti gak akan mempertanyakan tulisanku kali ini kan? Karena
kalian pasti sudah sering kali melakukan kegiatan ini berulang kali (akhirnya,
aku tidak perlu menjelaskan semuanya). Tapi tidak apalah, aku sangat besyukur
dengan bertemunya aku dengan Slamet. Karena aku mengetahui kalau aku tidak
kebingungan sendirian lagi. Ups, aku hampir lupa. Dengan bertemunya aku dan
Slamet, dimulailah cerita kehidupanku yang penuh warna ini (hanya berfirasat).
2 komentar:
wiiiih
wiii
Posting Komentar